Rabu, 22 Oktober 2014

KAPITA SELEKTA MODEL PENDIDIKAN ISLAM DI ERA GLOBALISASI



BAB I
PENDAHULUAN
a.      Latar Belakang
Arus globalisasi saat ini menimbulkan banyak sekali perubahan dari segala aspek kehidupan. Perubahan ini tidak dapat dihindari akibat ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih. Hal ini menggugah kesadaran masyarakat umum akan pentingnya pendidikan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan kewajiban bagi mereka.
Di era globalisasi ini, Dunia pendidikan mau tak mau harus menerima perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang sebagian besar bersumber dari negara-negara barat seperti: televisi, handphone, komputer dan lain-lain, tidak terkecuali pendidikan Islam yang tidak bisa lepas dari bias fenomena globalisasi ini, karena tidak mungkin pendidikan Islam hanya melalui cara-cara dasar yang seperti ceramah dalam menyampaikan materi. Tetapi pendidikan yang berbasis teknologi dalam penyampaiannya terbukti dengan adanya LCD, laboratorium bahasa.
Walaupun demikian umat Islam harus bisa membentengi pendidikan Islam itu sendiri. apabila tidak bisa melakukannya maka yang akan terjadi adalah pendidikan Islam akan melenceng dari ajaran-ajaran Islam Nabi ketika perjalanan hidup tidak lepas dari teknologi yang berjalan cepat dihadapan umat Islam. maka tidak seharusnya mereka hanya menyibukkan dirinya dengan kehidupan yang berbau teknologi tetapi yang harus mereka lakukan yaitu menerima globalisasi tanpa harus melupakan perbuatan dalam ajaran Islam untuk mendapat kebahagiaan dunia akhirat.
b.      Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Model pendidikan Islam di Era globalisasi...?
2.      Bagaimana pendidikan generasi muda...?
c.       Tujuan
1.      Untuk mengetahui pendidikan Islam di era globalisasi ini.
2.      Mengtahui bgimna seharusnya pendidikan generai muda




BAB II
PEMBAHASAN

A.    MODEL PENDIDIKAN ISLAM DI ERA GLOBALISASI
1.      Pengertian Pendidikan, Islam dan globalisasi
pendidikan yaitu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat[1] Sedangkan Islam yaitu agama universal yang Allah perintahkan kepada seluruh manusia dan imani Rosul-Rosulnya.[2]Jadi pendidikan Islam yaitu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran tentang Agama Universal.
Globalisasi sering diterjemahkan mendunia. Segala apapun yang terjadi di dunia begitu cepatnya menyebar di seluruh pelosok baik berupa data, temuan-temuan, bencana, peristiwa apapun. Semua orang di dunia bisa mengetahui semua itu melalui berbagai media seperti HP, TV, Radio. Malahan sekarang ada yang lebih canggih yaitu internet.
Azyumardi Azra  mengatakan “pendidikan Islam merupakan pendidikan manusia seutuhnya, akal dan ketrampilan dengan tujuan menyiapkan manusia untuk menjalani hidup dengan lebih baik.[3] Namun  hal itu tidak berjalan dengan lurus, karena pendidikan Islam dipengaruhi oleh arus globalisasi yang terjadi saat ini. Globalisasi merupakan ancaman besar bagi pendidikan Islam untuk mempertahankan nilai-nilai agama yang murni.
“Perubahan dalam bidang pendidikan meliputi isi pendidikan, metode pendidikan, media pendidikan, dan lain sebagainya. salah satu aspek yang amat besar pengaruhnya adalah kurikulum.”[4]
Kurikulum bersifat fleksibel sehingga bisa menerima perubahan-perubahan sesuai dengan perkembangan zaman. Namun mengakibatkan para guru kebingungan dalam menyampaikan materi. Hal ini tidak dirasakan guru saja tapi juga dialami para peserta didik. Terutama mereka yang berada pada tingkat TK (taman kanak-kanak). Mereka yang seharusnya masih bermain dan bernyanyi, mereka dituntut untuk menghafal angka-angka dengan versi bahasa Inggris, ini berlaku juga di TK Islam.
Pendidikan Islam nampaknya masih terkungkung dalam posisi defensif (untuk tidak mengatakan tertinggal) dan tidak mempunyai posisi tawar yang kuat, apalagi ke arah otensif dalam peradaban dunia. padahal pendidikan Islam sarat dengan muatan moral dan spiritual bisa berfungsi, menjadi terapi tragedi kemanusiaan akibat dampak globalisasi.
2.      Tantangan Pendidikan Islam di Era Globalisasi
Pendidikan Islam di zaman ini menghadapi tantangan-tantangan yang serius untuk  tetap eksis di dunia pendidikan. Adapun tantangannya adalah sebagai berikut: “Pertama, orientasi dan tujuan pendidikan. Kedua, pengelolaan (manajemen) sistem manajemen ini yang akan mempengaruhi dan mewarnai keputusan dan kebijakan yang diterapkan dalam sebuah lembaga pendidikan. Ketiga, hasil (out put). Bagaimana produk yang dihasilkan dari sebuah lembaga pendidikan bisa dilihat dari kualitas luaran (out putnya).[5]
Dalam pandangan Haidar Putra Daulay menjelaskan “tantangan globalisasi bagi pendidikan Islam yaitu masalah kualitas. era global adalah era pesaing bebas. Maka akan terjadi pertukaran antar negara baik resmi maupun tidak.[6] pertukaran manusia, barang, jasa, teknologi dan lain-lain adalah hal yang dipersaingan dalam era global ini. Untuk itu perlu dibentuk manusia yang unggul jadi kualitas SDM sangat penting untuk menentukan kualitas lembaga pendidikan, negara dan agama.
Selain tantangan kualitas juga tantangan moral era globalisasi banyak membawa dampak negatif generasi muda sekarang sudah terpengaruh dengan pergaulan yang global. Hal-hal yang tidak  semestinya dilakukan oleh generasi muda seperti minum miras, menggunakan narkoba, melakukan seks bebas malahan menjadi kebiasaan bagi mereka. moral mereka bisa dikatakan seperti moral syaitan. Mereka hanya mengikuti hawa nafsu belaka tanpa memikirkan akibatnya. Berkenaan itu maka pendidikan Islam harus semakin diefektifkan di lingkungan lembaga pendidikan Islam.
3.       Peluang Pendidikan Islam di Era Globalisasi
Dr. A. Qodri Azizi (2003 : 19) menyatakan “pada prinsipnya globalisasi mengadu pada perkembangan-perkembangan yang cepat dalam teknologi, komunikasi, transformasi dan informasi yang bisa membawa bagian-bagian dunia yang jauh menjadi mudah untuk dijangkau.[7] Dari perkembangan yang cepat di berbagai bidang inilah, pendidikan Islam bisa berpeluang besar untuk menyebarkan ajaran Islam dengan cepat pula. Menurut tim penyusun IAIN Sunan ampel, agar Islam dapat berarti bagi masyarakat global maka Islam diharapkan tampil dengan nuansa sebagai berikut:
Pertama, menampilkan Islam yang lebih ramah dan sejuk, sekaligus menjadi pelipur lara bagi kegarahan hidup modern.
Kedua, menghadirkan Islam yang toleran terhadap manusia secara keseluruhan agama apapun yang dianutnya
Ketiga, menampilkan visi Islam yang dinamis, kreatif, dan inovatif.
Keempat, menampilkan Islam yang mampu mengembangkan etos kerja, etos politik, etos ekonomi, etos ilmu pengetahuan dan etos pembangunan.
Kelima, menampilkan revivalitas Islam dalam bentuk intensifikasi keislaman lebih berorientasi ke dalam (in mard ariented) yaitu membangun kesalehan, intrinsik dan esoteris daripada intersifikasi ke luar (out wad oriented) yang lebih bersifat ekstrinsik dan eksoteris, yakni kesalehan formalitas.[8]


B.     PENDIDIKAN GENERASI MUDA

1.      Pengertian Generasi Muda
            Generasi muda adalah the leader of tomorrow. Makanya di tangan kaum mudalah nasib sebuah bangsa dipertaruhkan. Jika kaum mudanya memiliki semangat dan kemampuan untuk membangun bangsa dan negaranya, maka sesungguhnya semuanya itu akan kembali kepadanya. Hasil pembangunan dalam aspek apapun sebenarnya adalah untuk kepentingan dirinya dan masyarakatnya.
Hampir semua hal yang menyangkut perubahan, selalu dikaitkan peranan pemuda. Sejarah membuktikan,di berbagai belahan dunia, perubahan sosial-politik menempatkan pemuda pada baris terdepan. Peranannya menyeluruh, tak hanya mata air, tapi juga hulu, hilir sampai muara, bahkan pemuda sebagai sumber energi perubahan itu sendiri
2.       Potensi Yang Harus Di Kembangkan Pada Generasi Muda
Potensi adalah sebagai sesuatu yang mesti dikenali dan diwujudkan. Potensi yang tidak ditampakkan tidak akan mampu menciptakan reputasi, potensi yang tersembunyi apabila diusahakan untuk ditampakkan akan menjadi kekuatan dan kelebihan. Manusia bisa menciptakan masa depan yang gemilang dengan karya dan segenap kekuatan yang terpendam di masa kini.
Potensi-potensi Generasi Muda
Potensi-potensi yang terdapat pada generasi muda yang perlu dikembangkan adalah sebagai berikut :
a.       Idealisme dan Daya Kritis
Secara sosiologis generasi muda belum mapan dalam tatanan yang ada, sehingga ia dapat melihat kekurangan dalam tatanan dan secara wajar mampu mencari gagasan baru. Pengejawantahan idealisme dan daya kritis perlu dilengkapi landasan rasa tanggung jawab yang seimbang.
b.      Dinamika dan Kreativitas
Adanya idealisme pada generasi muda, menyebabkan mereka memiliki potensi kedinamisan dan kreativitas, yakni kemampaun dan kesediaan untuk mengadakan perubahan, pembaharuan, dan penyempurnaan kekurangan yang ada ataupun mengemukakan gagasan yang baru.
c.       Keberanian Mengambil Resiko
Perubahan dan pembaharuan termasuk pembangunan, mengandung resiko dapat meleset, terhambat atau gagal. Namun, mengambil resiko itu diperlukan jika ingin memperoleh kemajuan. Generasi muda dapat dilibatkan pada usaha-usaha yang mengandung resiko. Untuk itu diperlukan kesiapan pengetahuan, perhitungan, dan keterampilan dari generasi muda sehingga mampu memberi kualitas yang baik untuk berani mengambil resiko.
d.      Optimis dan Kegairahan Semangat
Kegagalan tidak menyebabkan generasi muda patah semangat. Optimisme dan kegairahan semangat yang dimiliki generasi muda merupakan daya pendorong untuk mencoba lebih maju lagi.
e.       Sikap Kemandirian dan Disiplin Murni
Generasi muda memiliki keinginan untuk selalu mandiri dalam sikap dan tindakannya. Sikap kemandirian itu perlu dilengkapi dengan kesadaran disiplin murni pada dirinya agar mereka dapat menyadari batas-batas yang wajar dan memiliki tenggang rasa.
f.       Terdidik
Walaupun dengan memperhitungkan faktor putus sekolah, secara menyeluruh baik dalam arti kualitatif maupun dalam arti kuantitatif, generasi muda secara relatif lebih terpeljar karena lebih terbukanya kesempatan belajar dari generasi pendahulunya.
g.      Keanekaragaman dalam Persatuan dan Kesatuan.
Keanekaragaman generasi muda merupakan cermin dari keanekaragaman masyarakat kita. Keanekaragaman tersebut dapat menjadi hambatan jika dihayati secara sempit dan eksklusif. Akan tetapi, keanekaragaman masyarakat Indonesia merupakan potensi dinamis dan kreatif jika ditempatka dalam kerangka integrasi nasional yang didasarkan pada semangat sumpah pemuda serta kesamaan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
h.      Patriotisme dan Nasionalisme
Pemupukan rasa kebanggaan, kecintaan, dan turut serta memiliki bangsa dan negara dikalangan generasi muda perlu digalakkan karena pada gilirannya akan mempertebal semangat pengabdian dan kesiapan mereka untuk membela dan mempertahankan NKRI dari segala bentuk ancaman. Dengan tekad dan semangat ini, generasi muda perlu dilibatkan dalam setiap usaha dan pemantapan ketahanan dan pertahanan nasional.
i.         Sikap Kesatria
Kemurnian idealisme, keberanian, semangat pengabdian dan pengorbanan serta rasa tanggung jawab sosial yang tinngi adalah unsur-unsur yang perlu dipupuk dan dikembangkan dikalangan generasi muda Indonesia sebagai pembela dan penegak kebenaran dan keadilan bagi masyarakat dan bangsa.
j.        Kemampuan Penguasaan Ilmu dan Teknologi
Generasi muda dapat berperan secara berdaya guna dalam rangka pengembangan ilmu dan teknologi bila secara fungsional dapat dikembangkan sebagai Transformator dan Dinamisator terhadap lingkungannya yang lebih terbelakang dalam ilmu dan pendidilkan serta penerapan teknologi, baik yang maju, maupun yang sederhana.
k.       Perspekti
Adapun paradigma pemuda sebagai social category dapat dimaknai dari tiga perspektif, yakni: Pertama, perspektif filosofis; bahwa pemuda sebagaimana kodrat manusia adalah makhluk sosial (homo socius) yang memiliki peran eksistensial dengan beragam dimensi antara lain dimensi sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Artinya, secara kodrati pemuda mesti menjalankan peran eksistensialnya sebagai makhluk sosial.
Kedua, perspektif historis; pasca gerakan reformasi 1998, terjadi pergeseran paradigma di semua lini publik. Di masa lalu, pemuda cenderung diposisikan sebagai komoditas politik sehingga mengakibatkan bargaining position pemuda menjadi amat lemah. Halmana mengakibatkan kurang terapresiasinya pemuda yang berada di luar area kelompok elite. Pergeseran paradigma pemuda sebagai social category dimaksudkan untuk memposisikan pemuda sebagai aset strategis bangsa.
Ketiga, perspektif kompetensi; bahwa pemuda merupakan segmen warga negara yang memiliki aneka kompetensi yang dapat memberikan kemaslahatan bagi bangsa dan negara. Paradigma pemuda sebagai social category sesungguhnya hendak menegaskan bahwa apresiasi terhadap \pemuda melingkupi seluruh lapis profesi pemuda termasuk yang memilih politik sebagai domain praksis profesionalnya. Artinya, para pemuda yang memipemuda itu tapi justru hendak menegaskan bahwa hak-hak politik merupakan bagian yang tidak terpisahkan (inherent) dari eksistensi pemuda sebagai social category.
3.      Azas Pembinanan
a)      Asas edukatif, pembinaan dan pengembangan oleh unsur diluar generasi muda da sesama  generasi muda.
b)      Asas persatuan dan kesatuan bangsa
c)      Asas swakarsa, menumbuhkan kemauan generasi muda untuk membina dan mengembangkan diri sendiri dan lingkungannya.
d)     Asas keselarasan terpadu
e)      Asas pendayagunaan dan fungsionalisasi, makin banyaknya organisasi pemuda yang ada maka perlu diadakan penataan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna bagi pelaksanaan program-program generasi muda dalam pembangunan nasional.
4.      Arah pembinaan dan pengembangan generasi muda :
a)      Berorientasi pada Tuhan YME, nilai-nilai kerohanian dan falsafah hidup pancasila.
b)      Orientasi kedalam terhadap dirinya sendiri, mengembangkan bakat-bakat kemampuan jasmaniah dan rohaniah dalam dirinya agar dapat memberikan prestasi semaksimal mungkin.
c)      Orientasi keluar terhadap lingkungan (budaya,sosialdan moral) dan masa depannya. Sumber orientasi keluar ini dibagi atas :
Ø  Pengembangan sebagai insan sosial budaya
Ø  sebagai insan sosial politik dan sebagai insan patriot.
Ø  Pengembangan sebagai insan sosial ekonomi, termasuk sebagai insan kerja dan insan profesi yang mempunyai kemampuan untuk mendayagunakan sumber alam dan menjaga kelestariannya.
Ø  Pengembangan pemuda terhadap masa depannya. Kepekaan terhadap masa depan akan menumbuhkan kemampuan untuk mawas diri, kreatif, kritis.
5.      Tujuan pembinaan dan pengembangan generasi muda :
a)      Memantapkan persatuan dan kesatuan bangsa
b)      Mewujudkan kader-kader penerus perjuangan bangsa
c)      Melahirkan kader-kader pembangunan nasional dengan angkatan kerja berbudi luhur, dinamis dan kreatif.
d)     Mewujudkan warga negara Indonesia yang memiliki kreatifitas kebudayaan nasional.
e)      Mewujudkan kader-kader patriot pembela bangsa yang berkesadaran dan berketahanan nasional.
6.      Jalur pembinaan dan pengembangan generasi muda
a)      Kelompok jalur utama
b)      Jalur keluarga, pelaksanaan pembinaan dan pengembangan adalah orang tua serta anggota keluarga terdekat
c)      Jalur generasi muda, organisasi-organisasi pemuda yang ada seperti OSIS, Senat, Pramuka, Karang taruna
d)     Kelompok jalur penunjang
ü  Jalur sekolah/ pra sekolah : organisasi orang tua murid, enataan mutu pendidik dan sarananya.
ü  Jalur masyarakat : jalur masyarakat yang melembaga (lembaga peribadatan, organisasi sosial). Jalur masyarakat yang tidak melembaga 9pergaulan sehari-hari, tenpat rekreasi)







BAB III
PENUTUP

a.      Kesimpulan
Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa pada intinya pendidikan Islam di era globalisasi adalah pendidikan Islam yang mampu menyesuaikan perkembangan zaman dan perkembangan teknologi. Maka yang harus dilakukan adalah mengembangkan sistem pendidikan yang berwawasan global agar menghasilkan out put (lulusan) dari lembaga pendidikan Islam yang lebih bermutu, supaya mereka percaya diri dalam menghadapi persaingan global
Pada  kenyataan ini, diperlukan penataan kehidupan pemuda sehingga mereka mampu memainkan peranan yang penting dalam masa depan sekalipun disadari bahwa masa depan tersebut tidak berdiri sendiri. Masa depan adalah lanjutan masa sekarang, dan masa sekarang adalah hasil masa lampau. Dalam hal ini, pembinaan dan pengembangan generasi muda haruslah menanamkan motivasi kepekaan terhadap masa datang sebagai bagian mutlak masa kini. Kepekaan terhadap masa datang membutuhkan pula kepekaan terhadap situasi-situasi lingkungan untuk merelevansikan partisipannya dalam setiap kegiatan bangsa dan negara. Untuk itu, kualitas kesejahteraan yang membawa nilai-nilai dasar bangsa merupakan faktor penentu yang mewarnai pembinaan generasi muda dan bangsa dalam memasuki masa datang.
Masa depan suatu bangsa terletak di tangan pemuda atau generasi mudanya sebab merekalah yang akan menggantikan generasi sebelumnya dalam memimpin bangsa. Oleh karena itu, generasi muda perlu diberi bekal berupa ilmu pengetahuan yang sesuai dengan tuntutan zaman, serta tetap menjaga budaya bangsanya.
Pembangunan tidak akan berjalan dengan lancar, bila manusia-manusianya tidak mau giat bekerja. Oleh karena itu, pada hakikatnya pembangunan adalah penggantian yang lama dengan yang baru, yang telah diperhitungkan dengan keadaan sekitarnya, maka mahasiswa selaku generasi muda berkewajiban untuk ikut serta dalam derap pembangunan.
b.      Kritik dansaran
kami sangat menyadari bahwa makalah ini msaih jauh daari kesempurnaan oleh sebab itu kritik dan saran yang sifatnya konstruktif kami harapkan dari bapak ibu dosen serta rekan rekan mahasiswa demi sempurnanya makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/pendidikan
http://islam murni.wordpress.com/2009/10/31/definisi Islam/
Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA. 1995. Pendidikan, Islam, Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Prof. Dr. A. Haidar Putra Daulay, MA. 2009. Pemberdayaan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Prof. Dr. A. Haidar Putra Daulay, MA. 2009. Pemberdayaan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Dr. A. Qodri Azizy, MA. 2003. Melawan Globalisasi: Interpresi Agama Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tim Penyusun. 2009. Pengantar Studi Islam. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press.





[1] http://id.wikipedia.org/wiki/pendidikan
[2] http://islam murni.wordpress.com/2009/10/31/definisi Islam/
[3] Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA. 1995. Pendidikan, Islam, Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. hlm. 5.
[4] Prof. Dr. A. Haidar Putra Daulay, MA. 2009. Pemberdayaan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. hlm. 95.

[5] Ibid. hlm. 104-105
[6] Prof. Dr. A. Haidar Putra Daulay, MA. 2009. Pemberdayaan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. hlm. 27-20.
[7] Dr. A. Qodri Azizy, MA. 2003. Melawan Globalisasi: Interpresi Agama Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hlm. 19.
[8] Tim Penyusun. 2009. Pengantar Studi Islam. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press. hlm. 236-237.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar